Oleh: Lusiana Trisnasari
Panti Asuhan Takdir Ilahi
Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan sudah seharusnya umat Islam saling membantu agar bersama-sama bisa menjalankan ibadah dengan nikmat. Tak semua umat bisa hidup nyaman dengan fasilitas lengkap dan kebutuhan hidup yang cukup. Adapula anak-anak yatim yang terpaksa tumbuh tanpa bimbingan orangtua. Sedihnya lagi, tak ada saudara yang menggantikan orangtuanya. Karenanya mereka tinggal di rumah-rumah asuh atau yang kita sebut sebagai panti asuhan.
Di Pekanbaru sendiri, banyak terdapat panti asuhan. Yang pernah saya datangi adalah Rumah Sedekah Kesayanganku di Rumbai untuk anak-anak perempuan dan laki-laki, Panti Asuhan Takdir Ilahi di Rumbai untuk anak perempuan dan Panti Asuhan Muhammadiyah di belakang Plaza Citra untuk anak laki-laki.
Berhubung Ramadan kali ini bersamaan dengan kenaikan kelas, saya pikir ada baiknya sekalian saya membawa buku pelajaran. Bagi anak-anak dari keluarga mampu, buku pelajaran nyaris tidak pernah dituruntemurunkan. Selain dengan alasan kurikulum atau silabus pendidikan ganti, juga karena anak-anak dari keluarga mampu ingin buku yang baru agar semangat belajarnya tinggi. Padahal dalam satu tahun itu orangtua mereka telah membelikan banyak sekali buku. Satu anak bisa satu kardus. Lalu diapakan buku-buku itu?.
Saya pernah hendak menyumbang buku pelajaran pada sebuah gerakan, tapi sebelumnya sudah diwanti-wanti untuk tidak memberi buku pelajaran karena mereka bilang tiap tahun silabus berubah. Jadi sudah capek-capek mendistribusikan, buku itu tidak terpakai. Mubazir tenaga yang keluar. Tapi kemudian saya ingat asisten rumah tangga saya. Katanya, buku bekas laku dijual. Akhirnya saya putuskan untuk meminta buku-buku bekas pada puan-puan di RCW (Riau Creative Women). Saya pikir, ya sudahlah, kalau buku-buku pelajaran bekas itu memang tidak terpakai lagi, saya akan jual saja, uangnya akan saya sumbangkan. Heheheee....
Alhamdulillah, permintaan saya itu mendapat sambutan dari kak Lukie Koentjahjo. Buku-buku itu saya jemput di lembaga Kumon milik beliau di jalan Paus, Rumbai. Wah, lumayan satu dos besar, berat banget. Dirumah, agak lama juga buku-buku itu saya simpan. Setelah saya satukan dengan buku-buku anak saya, saya minta anak-anak menyortirnya lagi karena merekalah yang tahu mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak. Mereka hanya menyisihkan sedikit yang sudah ada tulisan tangan berupa jawaban-jawaban pertanyaan. Selebihnya mereka nyatakan lolos, bahkan ada buku pemberian kak Lukie yang sama sekali belum dipakai lo, seperti baru beli saja.
Buku-buku itu saya bawa ke panti asuhan Takdir Ilahi di Jl Semarang, Rumbai. Sedikit cerita tentang pemilihan panti asuhan. Sebaiknya dahulukan panti asuhan dekat rumah. Tak usah berpikir terlalu rumit apakah panti itu sudah menerima banyak bantuan, bisa dipercaya dan sebagainya. Meski banyak bantuan, berhubung tidak ada penghasilan tetap dan sepertinya hanya ramai menjelang hari-hari raya, tak apa jika bantuan bertumpuk. Mereka bisa berhemat dan menyimpannya untuk kemudian hari jika tak banyak penyumbang yang datang. Soal bisa dipercaya atau tidak, wallahu alam, selama tidak ada berita apapun tentang panti tersebut, tidak usah mencari-cari tahu. Ikhlaskan saja. Kita niatkan untuk masa depan anak-anak tersebut.
Panti asuhan Takdir Ilahi sedang membangun ruangan permanen saat ini. Ruangannya kecil. Sementara ini, mereka tinggal di rumah papan bertingkat. Ada 14 anak perempuan disana. Yang paling kecil berumur 2 tahun, sedangkan yang terbesar kelas 2 SMP. Alhamdulillah, hanya dua anak terkecil yang belum sekolah. Selebihnya sekolah. Jika tuan dan puan melintas Jl Yos Sudarso di pagi hari, mungkin akan berpapasan dengan anak-anak ini yang diantar dengan sepeda motor yang ditambahi bangku untuk duduk anak-anak.
Buku-buku tersebut langsung mereka sambut dengan sumringah dan mereka pilah-pilah berdasarkan kelas masing-masing. Pengasuh mereka mengatakan bahwa apapun bentuk bukunya sebenarnya isinya sama saja, hanya diputar-putar. Nah, ibu ini ternyata lebih bijak daripada para pendidik kita. Beliau juga mengatakan, seandainya kurikulum berubah sekalipun, buku-buku itu tetap akan berguna untuk membantu mereka mengerjakan PR. Yap, sama halnya dengan anak-anak dari keluarga mampu yang mencari jawaban PR mereka di google.
Disitu saya juga sempat beramah tamah dengan Aisyah, 2 tahun. Aisyah datang kesana diantar ayahnya lantaran ibunya sudah meninggal. Aisyah anak yang cerdas dan sopan untuk seusianya. Dia langsung memilih salah satu buku dari kak Lukie dan membuka-buka buku pelajaran yang full color dan full pictures itu. Aisyah tampak senang sekali dan berusaha mengeja huruf-huruf yang telah dikenalnya.
Jadi sebenarnya, apapun yang kita punya, jika masih dalam kondisi baik, bisa berguna bagi anak-anak panti asuhan. Buku-buku pelajaran yang dianggap tidak berguna lagi setelah setahun, nyatanya tetap mereka terima dengan senang hati. Di daftar penyumbang, saya lihat ada bermacam-macam cara untuk membantu anak-anak ini dan pengurusnya. Ada yang menyumbang pasir, bata, cat, beras, baju, bahkan air galon isi ulang.
Jadi tuan dan puan, tak perlu membatasi diri terlalu detil jika ingin membantu anak-anak yatim piatu. Insya Allah, apapun bantuan tuan dan puan akan sangat berguna bagi mereka, karena mereka tidak punya pencari nafkah, tempat untuk bergantung. Tuan dan puanlah harapan anak-anak yatim piatu ini.
Aisyah